KEPEMIMPINAN
Pengertian Pemimpin
dan Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua kata yang saling terkait,
masing-masing dengan kata dasar pimpin. Dengan awalan pe kata pimpin menjadi pemimpin yang berarti orang yang memimpin
dan kepemimpinan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemimpin. Memimpin
berarti “to lead” dalam bahasa Inggris. Kata to lead itu sendiri berasal dari kata laedere yang berarti people
on journey – orang dalam perjalanan. Dari asal kata tersebut bisa dikatakan bahwa
memimpin berarti membuat orang lain bergerak. Namun, dalam keseharian istilah
kepemimpinan sering digunakan untuk tujuan berbeda pada situasi berbeda.
Istilah kepemimpinan, misalnya digunakan untuk menunjukkan posisi seseorang di
dalam organisasi. “Semua orang yang mempunyai posisi kepemimpinan diharap
datang pada seminar yang akan kami selenggarakan besok pagi” adalah satu contoh
yang menunjukkan bahwa posisi seseorang di dalam organisasi identik dengan
pemimpin. Kepemimpinan juga digunakan untuk menjelaskan karakteristik seseorang
“Supervisor kita yang baru tidak memiliki jiwa kepemimpinan seperti supervisor
kita sebelumnya”. Kata jiwa kepemimpinan seolah-olah menunjukkan bahwa
kepemimpinan merupakan sifat seseorang. Meski kedua contoh di atas berkaitan
dengan kepemimpinan, keduanya belum memberi pemahaman umum tentang pemimpin dan
kepemimpinan.
Bass, mengidentifikasi
beragam definisi kepemimpinan sebagai berikut.
1.
Pemimpin
sebagai fokus atau titik sentral dari proses kelompok
Definisi-definisi
awal tentang pemimpin dan kepemimpinan menunjuk-kan adanya kecenderungan dalam
melihat pemimpin sebagai seseorang yang berada di tengah-tengah kelompok dan
menjadi pusat perubahan, pergerakan dan aktivitas kelompok.
2.
Kepemimpinan
sebagai kepribadian yang berdampak pada orang lain
Para
teoretis kepribadian cenderung menganggap bahwa seorang pemimpin adalah orang
yang memiliki kepribadian yang berbeda dengan kepribadian para pengikutnya
sehingga ia bisa menggerakkan orang lain. J. Steven Ott,
misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses hubungan antar pribadi yang
di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku
orang lain.
3.
Kepemimpinan
sebagai tindakan yang menyebabkan orang lain patuh
Pemimpin
adalah seorang yang secara sepihak mampu mengendalikan orang lain untuk
memenuhi keinginan Sang Pemimpin.
4.
Kepemimpinan
sebagai pelaksanaan mempengaruhi
Kepemimpinan
menurut pandangan ini tidak lain adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok
dalam upayanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5.
Kepemimpinan
sebagai sebuah tindakan atau perilaku
Dengan
perilaku kepemimpinan seperti dikatakan Fiedler adalah sebuah tindakan tertentu yang dilakukan seorang pemimpin dalam
mengarahkan dan mengoordinasikan kerja kelompok. Termasuk dalam tindakan ini,
misalnya membuat struktur hubungan kerja, memuji, dan mengkritik anggota
kelompok, serta menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan dan perasaan
anggota kelompok. Sementara itu, Katz and Khan mengatakan bahwa kepemimpinan
adalah sebuah bentuk perilaku yang menyebabkan seseorang bisa mempengaruhi
orang lain.
6.
Kepemimpinan
sebagai bentuk persuasi
Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk memutuskan apa yang harus dikerjakan dan meminta orang
lain agar mau mengerjakan hal tersebut. Jadi, kepemimpinan adalah seni
berhubungan dengan orang lain, yakni seni untuk mempengaruhi orang lain dengan
persuasi atau contoh, bukan paksaan, agar orang lain mau melakukan sebuah
tindakan. Locke, et al.,
misalnya mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses mem-bujuk orang lain
untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama.
7.
Kepemimpinan
sebagai hubungan kekuasaan
Dalam
hal ini, kepemimpinan dikaitkan dengan kekuasaan yang dimiliki seseorang
sehingga dengan kekuasaan tersebut seseorang bisa mengendalikan tindakan orang
lain.
8.
Kepemimpinan
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan
Menurut
pandangan ini kepemimpinan hanyalah salah satu instrumen yang kemungkinan
tujuan bisa dicapai dan kebutuhan bisa terpenuhi.
9.
Kepemimpinan
sebagai dampak dari sebuah interaksi
Munculnya
kepemimpinan disebabkan karena terjadinya interaksi di dalam kelompok. Artinya,
seseorang belum dianggap sebagai pemimpin sebelum dirinya berinteraksi dengan
orang lain dan diakui oleh orang lain bahwa dirinya adalah seorang pemimpin.
10.
Kepemimpinan
sebagai bentuk peran yang berbeda
Dalam
sebuah masyarakat termasuk dalam sebuah organisasi setiap individu menempati
posisi tertentu dan memainkan peran tertentu pula. Jika seseorang bisa memberi
kontribusi yang diperlukan kelompoknya maka orang tersebut bisa dianggap
sebagai pemimpin. Demikian juga jika orang tersebut bisa diandalkan dalam
memberi kontribusi kepada kelompoknya maka dialah serang pemimpin.
11.
Kepemimpinan
sebagai proses terciptanya struktur
Pandangan
ini mengatakan bahwa kepemimpinan tidak disebabkan karena seseorang semata-mata
menempati sebuah posisi di dalam organisasi atau karena dia memperoleh peran
tertentu, tetapi karena dia bisa menginisiasi dan mempertahankan pola hubungan
yang diperankan orang lain.
Dari beragam pandangan
tentang kepemimpinan seperti tersebut di atas, pada akhirnya dapat diambil inti
sari dari kepemimpinan. Pertama,
kepemimpinan merupakan sebuah fenomena kelompok. Seorang pemimpin tidak akan
pernah ada jika tidak ada pengikut. Oleh karena itu, kepemimpinan selalu
melibatkan persuasi atau pengaruh. Meski demikian, bukan berarti setiap proses
mempengaruhi orang lain adalah sebuah proses kepemimpinan. Kepemimpinan hanya
akan terjadi jika orang yang dipengaruhi mau melakukan tindakan yang bersifat
sukarela, bukan karena diminta, terpaksa atau karena takut terhadap konsekuensi
yang akan dihadapi jika mereka tidak melakukannya. Kemauan orang lain untuk
melakukan tindakan sukarela inilah yang membedakan kepemimpinan dengan proses
mempengaruhi lainnya, seperti kekuasaan dan otoritas. Dengan kekuasaan atau
otoritas, misalnya seseorang bisa mempengaruhi orang lain, tetapi orang yang
dipengaruhi mau melakukan tindakan tersebut karena takut atau karena terpaksa
harus melakukannya. Agar orang lain mau melakukan tindakan sukarela, proses
mempengaruhinya kadang-kadang tidak bisa dilakukan seketika melainkan melalui proses incremental – setahap demi setahap di luar proses keseharian yang
bersifat mekanik dan direktif.
Kedua, pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk
menuntun orang lain atau anggota kelompok melakukan tindakan tertentu dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin mempengaruhi para
pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang memiliki
legitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), menetapkan sasaran, memberi
imbalan dan hukuman, restrukturisasi organisasi, dan mengomunikasikan sebuah
visi. Seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat membujuk para
pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan
organisasi (Bass, 1995; Locke, et al.,
1991).
Ketiga, sering kali tidak bisa dihindari jika
kehadiran seorang pemimpin karena kedudukan seseorang di dalam hierarki
organisasi. Pemimpin biasanya berada puncak hierarki organisasi. Meski demikian,
harus disadari pula bahwa proses kepemimpinan lebih dari sekadar menduduki
suatu jabatan tertentu di dalam organisasi melainkan harus melakukan sesuatu
agar orang lain terpengaruh dan mau melakukan tindakan secara sukarela. Sekadar
menduduki posisi itu saja dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang
menjadi pemimpin. Artinya, tidak selamanya seorang yang menduduki posisi
tertentu di dalam organisasi adalah seorang pemimpin. Sebaliknya, kalaulah
seseorang tidak menduduki jabatan tertentu bukan berarti dia bukan pemimpin.
Menurut Burns(1978), untuk menjadi pemimpin seseorang harus dapat mengembangkan motivasi
pengikut secara terus-menerus dan mengubah perilaku mereka menjadi responsif.
Perlunya Kepemimpinan
Katz and Khan mengajukan
empat alasan mengapa kepemimpinan masih diperlukan.
Pertama, meski telah memiliki struktur
organisasi yang menjelaskan kedudukan masing-masing individu di dalam
organisasi dan pembagian kerja di antara mereka, namun harus diakui bahwa dalam
batas tertentu desain organisasi sering tidak lengkap. Sederhananya, organisasi
tidak bisa didesain, seperti mesin yang bisa dengan mudah dihidupkan lantas
semuanya bisa berjalan secara otomatis, organisasi terdiri dari orang-orang
yang membutuhkan sentuhan, memerlukan inspirasi, dorongan, dan motivasi. Untuk
tujuan inilah seorang pemimpin dibutuhkan kehadirannya. Seorang pemimpin dengan
demikian dituntut untuk menggerakkan semua orang di dalam organisasi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Termasuk di dalamnya mengatur tugas,
memutuskan siapa mengerjakan apa, dan mendelegasikan pekerjaan.
Kedua, organisasi tidak hidup dalam ruang
isolasi yang terbebas dari pengeruh lingkungan luar. Oleh karena itu, lingkungan
luar berubah organisasi juga harus beradaptasi terhadap perubahan tersebut.
Kehadiran seorang pemimpin dengan demikian diperlukan untuk mengidentifikasikan
strategi baru yang mungkin bisa dijalankan untuk menyikapi perubahan lingkungan
tersebut.
Ketiga, sebagai implikasi dari perubahan
lingkungan eksternal, sering kali tidak bisa dihindarkan lingkungan internal pun
harus mengalami perubahan. Demikian juga, tanpa harus menunggu perubahan
lingkungan eksternal, lingkungan internal sering mengalami perubahan misal
karena pertumbuhan atau karena siklus hidup organisasi lainnya yang menyebabkan
organisasi menjadi semakin dinamik. Akibatnya, tidak jarang arah organisasi
menjadi melenceng dari tujuan semula karena masing-masing unit organisasi
menginterpretasi perubahan tersebut dengan bahasa masing-masing sehingga tidak
jarang pula timbul konflik di antara mereka. Pada situasi seperti inilah peran
seorang pemimpin menjadi penting untuk melakukan koordinasi dan menyelesaikan
konflik.
Keempat, kehadiran seorang pemimpin sangat
diperlukan terutama untuk memberi motivasi, menginspirasi, dan menjaga agar
karyawan mau terus terlibat dalam kehidupan organisasi. Perlu disadari bahwa
karyawan tidak selamanya hidup dengan organisasi. Mereka datang dan pergi.
Mereka juga memiliki kehidupannya sendiri yang kadang-kadang tidak sejalan
dengan keinginan organisasi. Oleh karena itu, mereka hadir dan bekerja untuk
organisasi keinginan dan perhatiannya bukan tidak mungkin selalu mengalami
perubahan. Padahal bagi organisasi itu sendiri, kehadiran mereka tidak lain
untuk membantu organisasi menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan organisasi.
Ketika terjadi diskrepansi antara karyawan dengan organisasi inilah dibutuhkan
seorang pemimpin guna menginspirasi dan memotivasi serta mengubah mereka
menjadi orang yang memiliki komitmen dan berkontribusi terhadap kepentingan
organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar