Nilai-Nilai Individu Dalam Organisasi
Nilai (value) merupakan kata sifat yang selalu terkait dengan benda,
barang, orang atau hal-hal tertentu yang menyertai kata tersebut. Nilai adalah
sebuah konsep yang abstrak yang hanya bisa dipahami jika dikaitkan dengan
benda, barang, orang atau hal-hal tertentu. Pengkaitan nilai dengan hal-hal
tertentu itulah yang menjadikan benda, barang atau hal-hal tertentu dianggap
memiliki makna atau manfaat. Benda purbakala dianggap bernilai karena berguna
bagi generasi penerus untuk mengetahui sejarah masa lampau kita. Video tape
recorder, meski secara teknis kondisinya masih baik, dianggap manfaatnya sudah
hilang karena sudah susah mengoperasikannya mengingat kaset yang seharusnya
menjadi komplemen video tape tersebut tetidak bisa lagi diperoleh di pasaran,
semuanya tergantikan oleh VCD. Dengan demikian yang
dimaksudkan dengan nilai adalah prinsip, tujuan, atau standar sosial yang
dipertahankan oleh seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) karena secara
intrinsik mengandung makna.
Definisi diatas bukanlah satu-satunya definisi nilai
karena setiap disiplin ilmu yang berkepentingan terhadap konsep nilai
memberikan definisi yang berbeda. Sebagai contoh, Milton Rokeach mengatakan
bahwa nilai (values) adalah keyakinan abadi (enduring belief) yang
dipilih oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai dasar untuk melakukan
suatu kegiatan tertentu (mode of conduct) atau sebagai tujuan akhir
tindakannya (end state of existence). Dari pengertian ini Rokeach
kemudian membedakan nilai menjadi dua yaitu Terminal values dan instrumental
values. Sementara itu Robin Williams Jr. menjelaskan bahwa values bukan hanya berfungsi sebagai
kriteria atau standar untuk melakukan tindakan tetapi juga befungsi sebagai
kriteria atau standar untuk melakukan penilaian, menentukan pilihan, bersikap,
berargumentasi maupun menilai performance.
Kedua definisi tsb menegaskan bahwa pilihan seseorang atau sekelompok orang
atas beberapa pilihan lainnya yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu akan
menjadikan pilihan tersebut sebagai keyakinan abadi.
Penjelasan diatas secara tidak langsung menegaskan bahwa
nilai cenderung bersifat permanen. Artinya sekali seseorang telah menentukan
pilihan terhadap satu nilai tertentu – sesuatu yang dianggap benar, maka orang
tersebut sulit mengubah pendiriannya. Kalaulah pendirian tersebut berubah maka
perubahannya tidak terjadi dalam waktu pendek melainkan terjadi secara
incremental. Hal ini sejalan dengan pendapat Hofstede yang mengatakan bahwa
setiap individu telah memiliki mental program yang disebut individual mental
programming.
Kriteria
untuk menentukan nilai biasanya didasarkan pada pertimbangan moralitas yakni
hal-hal yang seharusnya (ought to) atau sesuatu yang baik (good). Nilai (value)
dengan demikian merupakan sesuatu yang seharusnya (bersifat ideal) yang biasa
disebut espouse values dan bukan merupakan sesuatu yang sesunggungnya (value
in use).[i]
Dalam batas-batas tertentu, norma prilaku juga sering dianggap sama dengan
values dan menjadi pedoman untuk berprilaku. Konsep nilai seperti dikemukakan
Rokeach dan William Jr. sering disebut sebagai personal atau individual values.
Contoh nilai berkaitan dengan personal/individual values diantaranya adalah
disiplin diri (self-discipline), pengendalian diri (self-control), kesalehan
dan kebaikan hati seseorang. Sedangkan jika nilai-nilai tersebut dikaitkan
dengan pekerjaan, misalnya seperti dikemukakan Hofstede, maka akan diperoleh konsep
nilai yang lain yakni nilai-nilai kerja (work related values). Contoh
nilai-nilai kerja misalnya job involvement dan komitmen.
Bukan
hanya setiap disiplin ilmu memahami konsep nilai dengan cara berbeda, dalam
bidang studi organisasi, termasuk studi prilaku organisasi, istilah nilai juga
dipahami secara bervariasi. Ada yang menganggap bahwa konsep nilai lebih dekat
dengan konsep filosofi atau ideologi dan ada juga yang mengatakan bahwa konsep
nilai lebih dekat dengan sikap (attitude) seseorang[ii].
Terlepas dari perbedaan-perbedaan tersebut, bidang studi organisasi pada
awalnya hanya mengkaitkan konsep nilai dengan pelaku organisasi (aktornya) yang
disebut nilai-nilai personal atau individual (personal values atau individual
values) dan dengan pekerjaan, disebut nilai-nilai kerja (work values
atau work related values). Mengkaitkan nilai dengan organisasi secara
keseluruhan baru muncul belakangan berOamaan dengan semakin populernya konsep
budaya organisasi.
Belakangan
bidang studi organiasasi juga mengadopsi konsep nilai yang jauh sebelumnya
sudah menjadi kajian yang intensif pada disiplin ilmu lain seperti sosiologi
dan anthropologi. Pada kedua
disiplin ini dikenal istilah nilai yang disebut nilai-nilai masyarakat (societal
values)[iii].
Oleh karena bidang studi perilaku organisasi banyak
berinteraksi dengan disiplin ilmu lain seperti anthropologi, sosiologi dan
psikologi dan mengadopsi beberapa konsep darinya termasuk konsep nilai maka
sangat tidak mengherankan jika di dalam lingkup kehidupan sebuah organisasi
bisa dijumpai berbagai macam kategori nilai: nilai-nilai masyarakat – societal
values (diadopsi dari disiplin anthropologi dan sosiologi), nilai-nilai
organisasi (dikembangkan di dalam disiplin studi organisasi), dan nilai-nilai
individual dan nilai-nilai pekerjaan (keduanya diadopsi dari disiplin
psikologi). Meski demikian esensi dari setiap konsep nilai sesungguhnya sama
yakni nilai adalah
(1) sebuah konsep atau keyakinan
(2) tentang tujuan akhir atau sebuah prilaku yang patut dicapai
(3) yang bersifat transendental untuk situasi tertentu,
(4) menjadi pedoman untuk memilih atau mengevaluasi prilaku atau sebuah kejadian dan
(5) tersusun sesuai dengan arti pentingnya[iv].
Jika komponen nilai diatas disederhanakan maka nilai terdiri dari dua komponen utama:
(1) setiap definisi memfokuskan perhatiannya pada dua jenis nilai yaitu means (alat atau tindakan) dan ends (tujuan) dan
(2) nilai dipandang sebagai preferensi (preference) atau prioritas (priority) bagi seseorang.
(1) sebuah konsep atau keyakinan
(2) tentang tujuan akhir atau sebuah prilaku yang patut dicapai
(3) yang bersifat transendental untuk situasi tertentu,
(4) menjadi pedoman untuk memilih atau mengevaluasi prilaku atau sebuah kejadian dan
(5) tersusun sesuai dengan arti pentingnya[iv].
Jika komponen nilai diatas disederhanakan maka nilai terdiri dari dua komponen utama:
(1) setiap definisi memfokuskan perhatiannya pada dua jenis nilai yaitu means (alat atau tindakan) dan ends (tujuan) dan
(2) nilai dipandang sebagai preferensi (preference) atau prioritas (priority) bagi seseorang.
Peran Nilai
Dalam bidang studi perilaku organisasi memahami
nilai-nilai personal karyawan bukan merupakan pilihan melainkan menjadi
keharusan bagi para manajer karena nilai-nilai personal merupakan landasan
untuk memahami sikap dan perilaku karyawan. Ketika seseorang bergabung dengan
sebuah organisasi, Ia juga membawa serta nilai-nilai personalnya. Artinya,
seseorang telah memiliki kriteria mana yang seharusnya dan mana yang tidak
seharusnya; mana yang baik dan mana yang buruk; mana yang benar dan mana yang
dianggap salah. Dengan kata lain, setiap orang yang bergabung dengan sebuah
organisasi pasti tidak pernah bebas nilai (value free) sehingga dalam
menjalankan pekerjaannya seseorang lebih memilih prilaku atau outcome tertentu yang sesuai dengan tata
nilainya dibandingkan dengan perilaku atau outcome
lainnya. Hal ini bisa diartikan pula bahwa dalam batas-batas tertentu nilai
personal seseorang seringkali membatasi seseorang untuk bertindak obyektif atau
rasional.
Tipe Nilai
Jika Rokeach membedakan nilai menjadi dua – terminal dan
instrumental value, Allport dan teman-teman membuat kategorisasi nilai dengan
cara berbeda, yaitu:
1.
Nilai teoritik. Nilai-nilai teoritik memberi tempat yang sangat tinggi
terhadap upaya mencari kebenaran (discovery of truth) melalui pendekatan
kritis dan rasional.
2.
Nilai ekonomik. Menekankan pentingnya nilai guna dan kepraktisan
3.
Nilai estetika. Memberi penghargaan yang tinggi terhadap bentuk dan
harmoni
4.
Nilai sosial. Memberi perhatian yang tinggi terhadap kepentingan
masyarakat
5.
Nilai politik. Memperoleh kekuasaan (power) dan mampu mempengaruhi
banyak orang merupakan indikator dari nilai politik
6.
Nilai religi. Menjunjung tinggi aturan-aturan agama
Konflik Nilai
Organisasi
adalah tempat bertemunya berbagai macam konsep nilai – nilai masyarakat
(societal values), nilai institusi (institutional values), nilai organisasi
(organizational values), nilai kerja (work values), nilai profesi (professional
values) dan nilai personal (personal values). Akibat langsung dari bertemunya
konsep nilai tersebut adalah kemungkinan terjadinya perbedaan antara satu
konsep nilai dengan konsep nilai yang lain. Oleh karena itu konflik nilai
sering tidak bisa dihindarkan. Tiga diantaranya akan mendapat perhatian pada KB
ini yaitu intrapersonal conflict, interpersonal conflict, dan
konflik antara nilai individu dengan nilai organisasi. Ketiga jenis konflik
nilai ini masing-masing bersumber pada diri orang tersebut, hubungan antar
manusia dan hubungan antara person dengan organisasi.
Mengatasi Konflik
Nilai
Untuk mengatasi konflik nilai, beberapa cara bisa
dilakukan. Untuk mengatasi intrapersonal conflict, Barbara Moses misalnya
menyarankan agar organisasi bisa menjadi tempat yang bersahabat dengan
kehidupan (life-friendly organization) yang memberi kesempatan kepada karyawan
untuk merefleksikan dirinya – bagimana seorang karyawan menjalani hidup dan
menghabiskan waktunya untuk kehidupan. Refleksi diri tersebut bisa dilakukan
dengan mengajukan beberapa pertanyaan (dapat Anda baca pada halaman 2.54 dan
2.55).
Sementara itu untuk mengatasi interpersonal conflict, Thomas Behr
menyarankan agar para eksekutif menjadi value-centered leaders yakni menjadi
seorang pemimpin yang berbasis pada nilai-nilai. Dengan menempatkan diri
seperti ini para eksekutif diharapkan bisa menjadi mediator ketika terjadi
konflik nilai, khususnya konflik yang disebabkan karena hubungan antar personal
maupun konflik nilai yang terjadi karena perbedaan nilai-nilai personal
karyawan dengan nilai-nilai organisasi.
[i] Cathy Enz, 986, op cit. halaman 27
[ii]
George England, 1967, Personal value systems of American managers, Academy
of management journal, halaman 53 – 68
[iii]
Lihat misalnya William Evan, 1993, Oganization theory: Research and
design, Macmillan publishing company, halaman 297.
[iv]
Shalom H. Schwartz and Wolfgang Bilsky, 1987, Toward a universal
psychological structure of human values, Journal of personality and social
psychology, 53, 3, halaman 550 – 562.
Tolong masukan .... Kekurangan data dan pemahaman tentang mikyon rokeach .... Jelaskan keseluruhannya ...
BalasHapus