MOTIVASI
Ada tiga alasan mengapa motivasi
penting bagi manajemen.
Pertama, perusahaan pada umumnya berusaha untuk merekrut karyawan-karyawan yang memiliki talenta yang dibutuhkan. Namun tidak bisa dipungkiri jika sebagian besar perusahaan memiliki karyawan dengan kualifikasi rata-rata. Dengan kondisi karyawan seperti ini, memotivasi karyawan bukan sebuah pilihan tetapi sebuah keharusan bagi para manajer jika menginginkan perusahaan yang dikelolanya terus berkembang.
Kedua, memotivasi berarti melakukan perubahan, khususnya perubahan prilaku. Oleh karena itu memotivasi karyawan bukan pekerjaan mudah. Berbagai macam upaya, rekayasa dan intervensi terkadang dilakukan semata-mata agar karyawan mau melakukan perubahan prilaku. Toh hasilnya seringkali tidak seperti yang diharapkan. Bahkan tidak jarang para manajer harus berhadapan dengan resistensi yang begitu kuat. Berkaitan dengan semua itu, maka
ketiga, sering dikatakan bahwa memotivasi menjadi semakin mudah jika yang dimotivasi mau mencoba. Artinya, peran pihak lain dalam motivasi sesungguhnya hanya sebatas upaya agar orang yang dimotivasi mau melakukan tindakan, namun apakah orang tersebut mau melakukan tindakan atau tidak semuanya dikembalikan pada orang yang bersangkutan karena hanya orang bersangkutan yang mampu mengontrol dirinya.
Pertama, perusahaan pada umumnya berusaha untuk merekrut karyawan-karyawan yang memiliki talenta yang dibutuhkan. Namun tidak bisa dipungkiri jika sebagian besar perusahaan memiliki karyawan dengan kualifikasi rata-rata. Dengan kondisi karyawan seperti ini, memotivasi karyawan bukan sebuah pilihan tetapi sebuah keharusan bagi para manajer jika menginginkan perusahaan yang dikelolanya terus berkembang.
Kedua, memotivasi berarti melakukan perubahan, khususnya perubahan prilaku. Oleh karena itu memotivasi karyawan bukan pekerjaan mudah. Berbagai macam upaya, rekayasa dan intervensi terkadang dilakukan semata-mata agar karyawan mau melakukan perubahan prilaku. Toh hasilnya seringkali tidak seperti yang diharapkan. Bahkan tidak jarang para manajer harus berhadapan dengan resistensi yang begitu kuat. Berkaitan dengan semua itu, maka
ketiga, sering dikatakan bahwa memotivasi menjadi semakin mudah jika yang dimotivasi mau mencoba. Artinya, peran pihak lain dalam motivasi sesungguhnya hanya sebatas upaya agar orang yang dimotivasi mau melakukan tindakan, namun apakah orang tersebut mau melakukan tindakan atau tidak semuanya dikembalikan pada orang yang bersangkutan karena hanya orang bersangkutan yang mampu mengontrol dirinya.
Pengertian
Motivasi
Sebuah proses psikologis yang menyebabkan
tergeraknya, terarahkannya dan terpeliharanya secara terus menerus
tindakan-tindakan sukarela yang berorientasi pada satu tujuan tertentu.
Sementara itu Luthan mengatakan
bahwa motivasi adalah sebuah proses yang dimulai dari tidak terpenuhinya
(deficiency) kebutuhan fisiologis atau psikologis yang memicu prilaku atau
dorongan untuk menggapai tujuan atau memperoleh insentif.
Untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang esensi dari konsep motivasi, kedua definisi diatas
akan dielaborasi lebih lanjut.
Pertama, motivasi pada dasarnya merupakan
studi tentang tindakan dimana tindakan tersebut melibatkan proses psikologis.
Hal ini bisa diartikan bahwa yang menggerakkan seseorang untuk bertindak tidak
hanya melibatkan aspek fisik (biologis) tetapi juga non-biologis (psikis dan
sosial). McCornnell misalnya mengatakan
bahwa motivasi melibatkan aspek biologis, social dan intra-psychic. Ketiga faktor
inilah yang mempengaruhi proses motivasi.
Kedua, dilihat dari proses
terbentuknya, motivasi biasanya berangkat dari terjadinya ketidakseimbangan
fisiologis maupun psikologis yang membutuhkan tindakan untuk menyeimbangkannya.
Oleh karena itu jika dilihat dari komponen-komponen pembentuk motivasi,
motivasi melibatkan tiga komponen utama yaitu kebutuhan, dorongan dan
insentif/tujuan. Ketiga komponen tersebut seperti tampak pada gambar 4.1
terjadi secara berurutan (sequential) dalam pengertian kebutuhan akan terlebih
dahulu muncul sebelum seseorang terdorong untuk melakukan tindakan. Dan semua
tindakan tersebut (proses motivasi) baru akan berakhir manakala seseorang bisa
memenuhi apa yang dibutuhkan atau diinginkannya.
1.
Kebutuhan. Kebutuhan ialah kekurangan yang dirasakan
seseorang pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan akan selalu muncul manakala
seseorang mengalami ketidakseimbangan fisiologis atau psikologis. Sebagai
contoh, kebutuhan akan minuman atau makanan akan muncul ketika sel-sel tubuh
kita kekurangan cairan atau makanan. Artinya, pada saat itu tubuh kita
mengalami ketidakseimbangan fisiologis. Sedangkan manakala anda merasa kesepian
berarti anda mengalami ketidakseimbangan psikologis dan anda membutuhkan
seorang teman.
2.
Dorongan.
Dorongan, sering juga disebut motif, adalah energi yang dikeluarkan dan
diarahkan untuk mengembalikan keseimbangan fisiologis dan psikologis. Atau
dengan kata lain, dorongan adalah tindakan untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini
bisa diartikan bahwa ketika kita merasa ada yang kurang (terjadi deficiency
kebutuhan) atau terjadi ketidakseimbangan tubuh, dorongan dengan sendirinya
akan muncul dalam bentuk prilaku yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu.
Sebagai contoh, ketika tubuh kita membutuhkan makanan dan minuman maka wujud
dari keduanya adalah prilaku yang menunjukkan rasa lapar dan haus. Atau
dengan kata lain, lapar dan haus adalah dorongan untuk memenuhi makanan dan
minuman. Demikian juga
ketika anda kesepian maka anda terdorong untuk mencari teman.
3.
Insentif.
Insentif atau tujuan merupakan akhir dari sebuah siklus motivasi. Yang
dimaksudkan dengan tujuan adalah segala sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhan
dan mengurangi dorongan. Artinya ketika anda telah bisa memenuhi tujuan maka
akan diperoleh kembali keseimbangan fisiologis dan psikologis, dan dengan
sendirinya motif anda untuk mencapai tujuan akan berkurang. Makan, minum, dan
mendapatkan teman seperti dicontohkan diatas adalah insentif. Jadi jika anda
telah bisa memenuhinya akan tercipta kembali kesesimbangan fisiologis dan
psikologis dan dengan sendirinya dorongan untuk mendapatkan makanan, minuman
dan teman berkurang
Ketiga, utamanya jika kita merujuk pada definisi pertama, bisa dikatakan bahwa inti dari proses motivasi adalah dorongan, motif atau tindakan yang wujudnya adalah prilaku. Sederhananya, hasil dari proses motivasi adalah prilaku, khususnya prilaku yang berorientasi tujuan. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa motivasi pada akhirnya mempengaruhi tindakan dan prilaku seseorang. Meski demikian tidak semua prilaku berorientasi tujuan. Hal ini bisa diartikan pula bahwa tidak semua prilaku terkait dengan motivasi. Hanya prilaku-prilaku yang memunuhi karakteristik tertentu yang dianggap berorientasi tujuan. Karakteristik tersebut adalah: intensitas tindakan, arah atau pilihan perilaku, dan persistensi atau keajegan perilaku
Berdasarkan
penjelasan tentang esensi motivasi seperti disebutkan diatas, beberapa simpulan
yang perlu mendapat perhatian.
- Pertama,
meski motivasi bisa saja terjadi dalam kehidupan kelompok, tetapi secara
tradisional motivasi adalah fenomena individual. Artinya, setiap orang
sesuai dengan kekhasan masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda
sehingga prilaku dan motivasinya juga berbeda.
- Kedua,
motivasi sering disebut sebagai intensi yakni kemauan seseorang untuk
melakukan tindakan dan berprilaku sesuai dengan tindakan tersebut. Hal
ini mengindikasikan bahwa motivasi sesungguhnya berada dibawah kendali
orang yang bersangkutan. Kemauan seseorang mengerahkan energi dan
pilihan-pilhan prilaku, tidak ditentukan orang lain melainkan oleh diri
sendiri. Kalaulah orang lain ikut terlibat, sifatnya hanya sugesti untuk
meyakinkan orang lain bahwa dirinya perlu melakukan tindakan.
- Ketiga,
motivasi merupakan fenomena bersegi banyak – multifaceted.
Dikatakan demikian karena motivasi atau tindakan seseorang tidak hanya
dipenOaruhi oleh kebutuhan individu tetapi juga banyak factor lain yang
mempengaruhinya. Disamping
itu, motivasi atau tindakan seseorang paling tidak melibatkan dua factor
penting yakni intensitas dan arah atau pilihan prilaku. Sedangkan faktor
ketiga – persistensi sering dianggap sebagai faktor ikutan. Alasannya
adalah sekali seseorang telah mengerahkan energi dan mengarahkan prilaku
untuk mencapai tujuan maka perOoalan persistensi hanya sebagai penegasan
terhadap kedua faktor pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar