SIKAP
KERJA
Sikap adalah bentuk ungkapan perasaan seseorang terhadap
pekerjaan, baik ungkapan bernada positif maupun negatif. Ungkapan seperti ini
dalam bidang studi perilaku organisasi sering disebut sebagai sikap karyawan
terhadap sebuah pekerjaan. Dalam kehidupan organisasi, sikap karyawan tidak
hanya ditujukan kepada pekerjaan tetapi juga pada obyek-obyek yang lain seperti
gaji yang diterima, teman kerja, atasan langsung, pimpinan perusahaan dan
bahkan terhadap organisasi secara keseluruhan.
Ada empat alasan mengapa seorang manajer perlu memahami
sikap karyawan. Pertama, pada situasi tertentu sikap seseorang
berpengaruh terhadap perilaku individu orang tersebut. Kedua, dalam
konteks pekerjaan, membangun sikap kerja positif sangat berguna bagi alasan
kemanusiaan terlepas bahwa sikap tersebut akan meningkatkan produktivitas
seseorang atau tidak. Ketiga, banyak organisasi yang dengan sengaja
mendesain program untuk menciptakan sikap positif, seperti membangun citra
(image) katakanlah melalui berbagai bentuk iklan agar konsumen memiliki sikap
positif terhadap perusahaan. Keempat, sikap seseorang memainkan peran
penting dalam studi perilaku organisasi khususnya teori motivasi.
Definisi sikap
Sikap adalah sebuah konstruk/konsep/bangunan yang
bersifat hipotetik (hypothetical construct). Dikatakan demikian karena secara
riil sikap tidak bisa dilihat dengan mata kepala, disentuh dengan tangan atau
dirasakan dengan lidah. Untuk memahami sikap seseorang, yang bisa kita lakukan
adalah mendefinisikan atau menginterpretasikan apa yang dikatakan atau
dilakukan seseorang. Dengan demikian, untuk memahami sikap seseorang terhadap
sebuah obyek, pertama, kita perlu mencermati apa yang dikatakan atau
dilakukan seseorang terhadap sebuah obyek tersebut. Langkah selanjutnya, kedua,
adalah menginterpretasikan maksud dari perkataan atau tindakan orang tersebut. Ketiga,
memahami perilaku orang bersangkutan.
Sikap merupakan ungkapan perasaan seseorang yang
persisten (ajeg) terhadap sebuah obyek, baik ungkapan yang bernada postif atau
negatif. Obyek dalam hal ini bersifat generic dan bisa diklasifikasikan menjadi
dua yaitu obyek fisik dan non-fisik. Oleh karena itu obyek bisa berupa orang,
tempat kerja (organisasi), gaji, pekerjaan, kejadian atau segala hal dimana
seseorang bisa mengungkapkan perasaannya. Jadi, ketika seseorang mengatakan
bahwa Ia mempunyai sikap positif terhadap perkerjaan berarti Ia menpunyai
perasaan senang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Hanya saja perlu disadari
pula bahwa seseorang terkadang mempunyai perasaan positif terhadap beberapa
aspek pekerjaan namun di saat yang sama juga mempunyai perasaan negatif
terhadap beberapa aspek pekerjaan yang lain.
Sikap,
seperti halnya nilai-nilai individu (lihat penjelasan tentang peran nilai),
berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Bedanya adalah jika nilai-nilai
individu mempengaruhi perilaku seseorang secara keseluruhan bahkan pada situasi
berbeda, sikap hanya mempengaruhi perilaku seseorang terhadap obyek, orang atau
situasi yang spesifik. Meski demikian, meski tidak selalu, nilai-nilai individu
dan sikap seseorang biasanya berjalan seiring. Sebagai contoh seorang manajer
yang sangat menghargai seseorang yang suka membantu orang lain mungkin akan bersikap
negatif terhadap seseorang yang membantu orang lain tapi cara membantunya tanpa
mempertimbangkan etika.
Komponen Sikap
Sikap seseorang terhadap sebuah obyek, orang lain atau
situasi secara umum bisa dipahami melalui 3 komponen berbeda pembentuk sikap,
yaitu: cognitive, affective dan behavioral component. Cognitive component adalah informasi yang dimiliki seseorang
tentang obyek yang disikapi. Informasi ini meliputi data deskriptif seperti
fakta, gambar, atau pengetahuan lain yang spesifik. Affective
component adalah perasaan dan emosi seseorang tehadap obyek
yang disikapi. Komponen ini melibatkan aspek penilaian dan emosi, dan
seringkali diekspresikan dalam bentuk suka atau tidak suka terhadap sebuah
obyek. Behavioral tendency component
merupakan cara seseorang menunjukkan prilakunya terhadap sebuah obyek. Dalam
kehidupan organisasi, sikap seseorang bisa dipahami dengan baik berdasarkan
kombinasi antara cognitive dan affective component.
Hubungan antara Sikap dan Perilaku
Seringkali
kita beranggapan bahwa sikap seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Oleh
karena itu jika anda hendak mengubah perilaku seseorang terlebih dahulu anda
harus mengubah sikapnya. Namun dalam kenyataannya hubungan antara sikap dan perilaku
seseorang ternyata tidak sesederhana itu. Hubungan keduanya sangat kompleks dan
merupakan hubungan resiprokal (saling
mempengaruhi) – sikap bisa mempengaruhi prilaku dan sebaliknya prilaku juga
bisa mempengaruhi sikap
Motif berprilaku (behavior
intention)
Sebagian besar sikap seseorang sesungguhnya tidak secara langsung
berdampak terhadap perilaku orang tersebut. Demikian juga hanya sebagian kecil
dari sikap seseorang yang jumlahnya banyak sekali yang kemudian berubah menjadi
perilaku. Sebagian sikap yang lain tetap hanya berupa sikap tetapi tidak
berlanjut sampai menjadi perilaku. Perubahan sikap yang pada akhirnya menjadi perilaku
tersebut biasanya terjadi secara tidak langsung melainkan melalui proses antara
yang disebut motif berperilaku. Yang dimaksud dengan motif berperilaku adalah
sejauh mana kita tertarik untuk bertindak. Jadi seperti dijelaskan pada gambar
diatas, sikap akan mempengaruhi perilaku sebatas jika sikap tersebut
mempengaruhi keinginan seseorang untuk bertindak.
Motif khusus.
Penetapan tujuan (goal setting) dan
ekspektasi terhadap imbalan memberikan impak yang sangat besar terhadap motif
berperilaku dan membantu seseorang membangun motif khusus untuk bertindak.
Sekali motif khusus terbentuk biasanya terkait langsung perilaku tertentu.
Tingkat kekhususan tersebut ditentukan oleh empat faktor berikut:
1.
Seberapa baik prilaku tertentu telah divisualisasikan
secara jelas dan detail
2.
Apakah obyeknya sudah ditentukan sehingga seseorang bisa
mengarahkan prilakunya ke obyek tersebut
3.
Bagaimana dengan konteks yang melingkupi seseorang
berprilaku sudah didefinisikan dengan jelas
4.
Untuk berprilaku secara spesifik, apakah waktunya sudah
ditentukan dengan jelas?
Pembenaran perilaku (behavioral
justifications).
Yang dimaksudkan dengan behavior modification adalah upaya seseorang untuk
menginterpretasi dan memaknai perilakunya. Berdasarkan penjelasan ini, dampak perilaku
terhadap sikap merupakan kebutuhan seseorang untuk membenarkan perilakunya.
Oleh karenanya besarnya perubahan sikap seseorang sangat tergantung pada
besarnya kebutuhan seseorang untuk membenarkan perilakunya. Hal ini terjadi
jika (1) seseorang diminta untuk menjelaskan prilakunya (2) ketika seseorang
menyatakannya secara terbuka, (3) jika ada alternatif prilaku dan (4) jika ada
kebebasan berprilaku.
Merubah sikap
Jika
seorang karyawan ditengarai memiliki sikap negatif terhadap satu atau beberapa
aspek dalam kehidupan organisasi biasanya manajer berusaha untuk merubah sikap
negatif tersebut menjadi sikap yang positif. Sayangnya karyawan cenderung
resisten terhadap perubahan. Oleh karena itu sebelum melakukan perubahan sikap
karyawan harus terlebih dahulu diketahui bagaimana cara terbaik untuk melakukan
perubahan dan kemungkinan tingkat keberhasilannya. Perubahan sikap dapat
dilakukan dengan menambah, menghilangkan atau memodifikasi keyakinan atau
komponen afektif lainnya. Diantaranya adalah:
- Memberi informasi baru.
- Menambah atau mengurangi rasa takut.
- Menambah atau mengurangi keraguan.
- Partisipasi dalam diskusi kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar